Jumat, 27 April 2012

Puisi Emansipasi Wanita

EMANSIPASI WANITA

Mungkin kaum wanita di anggap rendah
Tak berguna
Tapi tidak dengan Kartini
Dia sangat berjasa bagi kaum wanita Nusantara

Beri semangat untuk kaum wanita
Ia pendekar bangsa
Pendekar kaumnya, wanita
Untuk merdeka dalam kesengsaraan

Pergerakan nasionalisme ia rintis
Emansipasi wanita, sebutnya

Puisi RA. KARTINI

R.A KARTINI

Oh Ibu Kartini...
Engkaulah pahlawan wanita sejati
Karena kau wanita Indonesia dapat belajar
Karena jasamu pula wanita dapat berguna

Oh Ibu Kartini...
Engkau pahlawan emansipasi wanti
Karena kaulah yang mendirikan sekolah Kartini
Kami wanita dapat berkreasi
Dapat menjadi seseorang yang berguna bagi bangsa

Oh Ibu Kartini...
Begitu harum namamu
Menyemangati kaum wanita Nusantara
Untuk ikut berperan serta 
Dalam pembangunan negeri Indonesia

Sabtu, 21 April 2012

Surat-surat RA. Kartini

RA. Kartini kini telah tiada dan tinggal sejarahnya, atas kegigihannya kini kaum wanita telah maju dan sejajar dengan kaum pria berkat goresan penanya semasa hidup yang kita kenal dengan buku ""HABIS GELAP TERBITLAH TERANG""
Berikut ini isi beberapa surat RA. Kartini : 

“Menyandarkan diri kepada manusia, samalah halnya dengan mengikatkan diri kepada manusia. Jalan kepada Allah hanyalah satu. Siapa sesungguhnya yang mengabdi kepada Allah, tidak terikat kepada seorang manusia pun ia sebenar-benarnya bebas.”
[Surat Kartini kepada Ny. Ovink, Oktober 1900]

“Supaya Nyonya jangan ragu-ragu, marilah saya katakan ini saja dahulu: Yakinlah Nyonya, KAMI AKAN TETAP MEMELUK AGAMA KAMI yang sekarang ini. Serta dengan Nyonya kami berharap dengan senangnya, moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja MEMBUAT UMAT AGAMA LAIN MEMANDANG AGAMA ISLAM PATUT DISUKAI . . . ALLAHU AKBAR! Kita katakan sebagai orang Islam, dan bersama kita juga semua insan yang percaya kepada Satu Allah, Gusti Allah, Pencipta Alam Semesta" [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]

"Bagaimana pendapatmu tentang ZENDING (Diakonia), jika bermaksud berbuat baik kepada rakyat Jawa semata-mata atas dasar cinta-kasih, bukan dalam KRISTENISASI? Bagi orang Islam, melepaskan keyakinan sendiri memeluk agama lain, merupakan dosa yang sebesar-besarnya . . . Pendek kata, boleh melakukan Zending, tetapi JANGAN MENG-KRISTEN-KAN ORANG! Mungkinkah itu dilakukan?"
[Surat Kartini kepada E.C. Abendanon, 31 Januari 1903]

“Kesusahan kami hanya dapat kami keluhkan kepada Allah, tidak ada yang dapat membantu kami dan hanya Dia-lah yang dapat menyembuhkan…”

“Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu: Hamba Allah (Abdullah).”
[Surat Kartini kepada Ny. E.C. Abendanon, 1 Agustus 1903]

R.A. Kartini dan Pandangannya Terhadap Emansipasi dan Barat

"Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, BUKAN SEKALI-SEKALI KARENA KAMI MENGINGINKAN ANAK-ANAK PEREMPUAN ITU MENJADI SAINGAN LAKI-LAKI DALAM PERJUANGAN HIDUPNYA. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama."
[Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902]

“Kami sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami menjadi orang-orang setengah Eropa atau orang-orang Jawa Kebarat-baratan.”
[Surat Kartini kepada Ny. E.E. Abendanon, 10 Juni 1902]

"Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban?"
 [Surat Kartini kepada Ny. E.C. Abendanon, 27 Oktober 1902]

Lagu Ibu Kita Kartini

Ibu kita Kartini, Putri sejati
Putri Indonesia, Harum namanya
Ibu kita Kartini, Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya, Untuk merdeka
Wahai ibu kita Kartini, Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya, Bagi Indonesia
Ibu kita Kartini, Putri jauhari
Putri yang berjasa, Se Indonesia
Ibu kita Kartini, Putri yang suci
Putri yang merdeka, Cita-citanya
Wahai ibu kita Kartini, Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya, Bagi Indonesia
Ibu kita Kartini, Pendekar bangsa
Pendeka kaum ibu, Se-Indonesia
Ibu kita Kartini, Penyuluh budi
Penyuluh bangsanya, Karena cintanya
Wahai ibu kita Kartini, Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya, Bagi Indonesia

Sejarah RA. Kartini

Raden Adjeng Kartini adalah putri dari seseorang dari kalangan berdarah biru (kaum bangsawan) yaitu Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara dengan M.A Ngasirah. Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung ataupun tiri. Kartini adalah anak perempuan pertama dari seluruh saudaranya.
Sampai usia 12 tahun Kartini dapat bersekolah di ELS (Europese Lagere School), di sana ia dapat belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun ia sudah tidak di perbolehkan sekolah dan harus di pingit. Karena Kartini bisa berbahasa Belanda maka ia mengirim surat kepada temannya yang berasal dari Belanda. Salah satunya Rosa Abendanon. Ia memperoleh informasi tentang kemajuan perempuan di Belanda dari buku, koran ataupun majalah Eropa. Dari situlah timbul keinginan Kartini untuk memajukan perempuan Indonesia, karena pada saat itu perempuan di anggap statusnya lebih rendah dari pada kaum pria.
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief. Di antara majalah-majalah ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang cukup berat, ia juga membaca majalah wanita Belanda yaitu De Hollandsche Lelie. Kartini juga mengirimkan beberapa tulisannya dan selalu di muat di majalah tersebut. Perhatiannya tidak hanya pada emansipasi wanita, tetapi juga pada beberapa masalah sosial umum. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Pada tanggal 12 November 1903 Kartini menikah dengan bupati Rembang, K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhinningrat yang sudah mempunyai tiga istri. Suami Kartini mengerti keinginannya dan ia diberi kebebasan mendirikan sekolah untuk wanita di kompeks kantor bupati Rembang.
Anak pertamanya sekaligus anak terakhirnya, R.M Soesalit lahir pada 13 September 1904. Beberapa hari kemudiaan Kartini meninggal pada 17 September 1904 pada usia 25 tahun dan dimakamkan di desa Bulu, kecamatan Bulu, Rembang.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

Coboyjr - eeeaa #2ndSingleCoboyjr




Hei kamu hatiku dag dig dug
Saat aku melihatmu jatuh di hadapanku
Membuat aku buru-buru mendekatimu
Langsung ku tanyakan apa kau baik-baik saja
Kau bingung, ”memang aku jatuh darimana?”
Kau bidadari jatuh dari surga di hadapanku eeeaa
Kau bidadari jatuh dari surga tepat di hatiku eeeaa
So baby please be mine, please be mine oh mine eeeaa
Karena hanya aku sang pangeran impianmu
Eeeaa eeeaa eeeaa eeeaa

Hei kamu hatiku dag dig dug
Saat aku melihatmu, ku tarik panjang nafasku
Mantapkan langkahku untuk mendekatimu
Langsung ku tanya maukah kamu jadi pacarku
Kau bingung, ”kenapa kamu suka sama aku?” (jawabannya)
Kau bidadari jatuh dari surga di hadapanku eeeaa
Kau bidadari jatuh dari surga tepat di hatiku eeeaa
So baby please be mine, please be mine oh mine eeeaa
Karena hanya aku sang pangeran impianmu
Eeeaa eeeaa eeeaa eeeaa
Andai kamu jadi gula, aku pasti semutnya
Kan ku seberangi lautan samudera
Hei hei baru kali ini aku jadi galau gini
Cepat terima aku, cinta pertamaku
Kau bidadari jatuh dari surga di hadapanku
(baby please be mine, eeeaa, baby please be mine)
Kau bidadari jatuh dari surga, kau di hatiku
(baby please be mine, eeeaa, baby please be mine)
Kau bidadari jatuh dari surga di hadapanku eeeaa
Kau bidadari jatuh dari surga tepat di hatiku eeeaa
So baby please be mine, please be mine oh mine eeeaa
Karena hanya aku sang pangeran impianmu
Eeeaa eeeaa eeeaa eeeaa
Ini lagu gombal tuk dapetin kamu
Ini lagu gombal tuk dapetin kamu

Jumat, 06 April 2012

Khutbah Jum'at (2)

MENGAPA PENDIDIKAN ITU PENTING ?


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
 فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.


KHUTBAH PERTAMA
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah,
Kami mengajak kepada semua jama’ah, marilah kita swmua meningkatkan tekwa kepada Allah subhanahu wata’ala. Bekal takwa inilah yang akan menyelamatkan kita dari siksa neraka. Karena tidak ada yang akan selamat dari neraka, kecuali orang-orang yang bertakwa.
Firman Allah Ta’ala, artinya,
“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (QS. Maryam: 72)
Kaum muslimin yang berbahagia,
Islam, agama yang sempurna, sangat memperhatikan pertumbuhan generasi. Untuk itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memerintahkan kita agar memilih istri shalihah, penuh kasih sayang dan banyak keturunannya. Dari istri-istri yang shalihah ini, diharapkan terlahir anak-anak yang shalih-shalihah, kokoh dalam beragama. Sehingga islam menjadi kuat dan musuh merasa gentar. Demikianlah, ibu memiliki peran yan dominan dalam membangun pondasi dan mencetak generasi, karena dialah yang akan mendidik anak-anak dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Perhatian Islam lainnya yang terkait dan ikut berpengaruh dengan pendidikan anak, yaitu Rasulullah menganjurkan agar orang tua memberi nama yang baik terhadap anak-anaknya. Suatu nama akan turut memberi pengaruh pada anak. Sehingga banyak riwayat yang menjelaskan Rasulullah merubah beberapa nama yang tidak sesuai dengan Islam.
Ketegasan Islam dalam mendidik ini, juga bisa dikaji dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa ketika anak menginjak usia tujuh tahun, hendaklah kedua orang tua mengajarkan dan memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan shalat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي اْلمَضَاجِعِ

“Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah jika enggan melakukannya bila telah berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur di antara mereka.” (HR. Abu Daud, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam shahih Sunan Abi Dawud. No. 466).
Perintah mengajarkan shalat, berarti juga mencakup hal-hal berkaitan dengan shalat. Misalnya, tata cara shalat, thaharah, dan kewajiban shalat berjama’ah di masjid, sehingga anak bisa lebih dekat dan akrab dengan kaum Muslimin.
Adapun pukulan pada anak, Islam memperbolehkan para orang tua untuk memukul, jika anak malas dan enggan melakukan shalat. Tetapi hendaklah diperhatikan, pukulan tersebut dalam batas-batas tarbiyah (pendidikan), dengan syarat bukan pukulan yang membahayakan, dan bukan pula pukulan mainan, sehingga tidak ada pengaruh apapun. Di antara tujuannya, supaya anak merasakan hukuman bila ia melakukan kemaksiatan meninggalkan shalat.
Namun kita lihat pada masa ini, pukulan, sebagai salah satu wasilah dalam tarbiyah, banyak ditinggalkan para orang tua. Dalih yang disampaikan, karena rasa sayang kepada anak. Padahal rasa sayang yang sebenarnya harus diwujudkan dengan pemberian pendidikan. Dan salah satunya dengan dipukul saat anak melakukan perbuatan maksiat.
Rasulullah juga memerintahkan para orang tua supaya memisahkan tempat tidur anak-anak yang telah memasuki usia sepuluh tahun. Maksud pemisahan ini, ialah untuk menghindari fitnah syahwat.
Oleh karena itu, jika orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anaknya saat mereka tidur, lalu bagaimana saat mereka keluar dari rumah dan bergaul dengan masyarakat? Maka tentu orang tua memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi. Orang tua harus senantiasa mengawasi anak-anaknya, menjauhkannya dari teman dan pergaulan yang buruk lagi menyesatkan. Karena tarbiyah tidak hanya ketika berada di rumah saja, namun juga ketika anak-anak berada di luar rumah. Sebagai orang tua harus mengetahui tempat dan dengan siapa anak-anaknya bergaul. Ingatlah, orang tua adalah pemimpin, ia akan diminta tanggung-jawabnya.

ُكلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang yang kalian pimpin.” (Muttafaqun ‘alaih).
Ma’asyiral muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah,
Kebaikan anak menjadi penyebab kebaikan, khususnya bagi orang tua dan keluarganya, dan secara umum untuk kaum Muslimin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أََوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan seorang anak dengan kebaikan dan ketaatannya, memiliki manfaat dan pengaruh yang besar bagi para orang tua, baik ketika masih hidup maupun sesudah meninggal dunia. Ketika orang tua masih hidup, sang anak akan menjadi hiburan, kebahagiaan dan qurrata a’yun (penyejuk hati). Dan ketika orang tua sudah meninggal dunia, maka anak-anak yang shalih senantiasa akan mendoakan, beristighfar, dan bershadaqah untuk orang tua mereka.
Sebaliknya, betapa malang orang tua yang anaknya tidak shalih dan ia durhaka. Anak yang durhaka tidak bisa memberi manfaat kepada orang tuanya, baik ketika masih hidup maupun saat sudah meninggal. Orang tua tidak akan bisa memetik buahnya, kecuali hanya kerugian dan keburukan. Keadaan seperti ini bisa terjadi, jika para orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan atau tarbiyah anak-anaknya.
Salah satu contoh dalam tarbiyah yang benar, yaitu hendaklah para orang tua bersikap adil terhadap semua anak-anaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kita,

فَاتَّقُوا اللهَ وَاعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ

“Maka bertakwalah kalian semua kepada Allah dan berbuatlah adil kepada anak-anakmu.” (HR. Imam al-Bukhari).
Pernah terjadi, ketika salah seorang sahabat memberi kepada sebagian anak-anaknya, kemudian ia menghadap kepada Rasulullah supaya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi saksi. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah semua anakmu engkau beri seperti itu?” Dia menjawab, “Tidak,” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Carilah saksi selain diriku, karena aku tidak mau menjadi saksi dalam keburukan. Bukankah akan bisa membahagiakanmu, apabila engkau memberikan sesuatu yang sama?” Dia menjawab, “Ya,” maka kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Maka lakukanlah!”
Kaum Muslimin yang berbahagia,
Anehnya ada sebagian orang tua, manakala dinasehati tentang tarbiyah anak, justru melakukan sanggahan. Orang tua ini mengatakan bahwa kebaikan ada di tangan Allah, atau hidayah terletak di tangan-Nya. Memang benar hidayah berada di tangan Allah, sebagaimana firman ta’ala, artinya,
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (QS. Al-Qashash: 56)
Namun yang perlu diperhatikan, faktor yang menjadi penyebab adanya kebaikan dan hidayah ialah karena peran orang tua. Apabila para orang tua telah berperan secara maksimal dan telah menunaikan kewajibannya dalam tarbiyah, maka hidayah berada di tangan Allah subhanahu wata’ala. sedangkan jika orang tua lalai dan mengabaikan tarbiyah, maka Allah subhanahu wata’ala akan memberikan balasan dengan kedurhakaan dan keburukan kapada anak. Ingatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلىَ اْلفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. al-Bukhari)
Di sinilah kita harus memahami secara benar, betapa besar peran orang tua terhadap anak. Orang tua memiliki tanggung jawab membentuk keimanan dan karakter anak. Dari orang tua itulah akan terwujud sosok kepribadian seorang anak.
Akhirnya, marilah kita menjaga fitrah anak-anak kita. Yaitu fitrah di atas kebenaran dan kabaikan. Karena semua yang kita lakukan atas diri anak, akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ


KHUTBAH KEDUA
Ma’asyiral Muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah,
 
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

Perhatian terhadap anak merupakan perkara yang teramat penting dan pertanggungjawaban yang besar di hadapan Allah. Oleh karena itu, para manusia terbaik, yaitu para Nabi senantiasa mendoakan kebaikan untuk diri dan anak keturunan mereka.
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berdo’a,
“Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.” (QS. Ash-Shaffat: 100)
“Ya Rabb kami jadikan kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau, dan (jadikanlah) di antara anak-cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau, dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah: 128).
Nabi Zakaria ’alaihissalamberdo’a,
“Di sanalah Zakaria berdoa kepada Rabbnya seraya berkata, “Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do’a.” (QS. Ali ‘Imran: 38).
Begitu juga dengan para salaf pendahulu kita, mereka berdoa,
“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Furqan: 74).
Demikianlah para Nabi, meskipun memiliki kedudukan dan dekat dengan Allah subhanahu wata’ala, mereka tetap saja senantiasa berdoa penuh harap, memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar dianugerahi keturunan yang shalih dan shalihah, maka bagaimana dengan kita? Tentunya, kita tergerak dan lebih bersemangat melakukannya.
Oleh karena itu, marilah kita berdoa dan selalu berusaha memberikan pendidikan kepada anak-anak kita dengan berlandaskan agama yang shahih dan lurus.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. 
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.


KHUTBAH JUM'AT (1)


PENDIDIKAN DI ERA DIGITAL


KHUTBAH PERTAMA

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، وَفَضَّلَهُ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ بِالْإِنْعَامِ وَالتَّكْرِيْمِ، فَإِنِ اسْتَقَامَ عَلى طَاعَةِ اللهِ اسْتَمَرَّ لَهُ هذَا التَّفْضِيْلُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَإِلاَّ رُدَّ فِي الْهَوَانِ وَالْعَذَابِ الْأَلِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَهُوَ الْخَلاَّقُ الْعَلِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَهِدَ لَهُ رَبُّهُ بِقَوْلِهِ: {وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيْمِ} صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ سَارُوْا عَلَى النَّهْجِ القَوِيْمِ وَالصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا، أَمَّ بَعْدُ

Saudara-saudara kaum muslimin rahimahumullah! Saya berwasiat kepada Anda dan saya pribadi untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bertakwalah kepada Allah dalam mengurus diri sendiri dan keluarga Anda. Betakwalah kepada Allah dalam mengurus anak-anak dan orang-orang yang menjadi tanggung jawab Anda. Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia akan memberikan perlindungan, kecukupan dan petunjuk kepada Anda.
Ibadallah! Tahukah Anda, ukuran apakah yang digunakan untuk mengukur kemajuan individu dan masyarakat? Timbangan apakah yang digunakan untuk menilai keunggulan suatu bangsa? dan apa landasan yang digunakan untuk membangun kejayaan dan peradaban? Semua itu tidak mungkin terjadi tanpa perhatian yang amat besar terhadap tema yang sangat penting. Sebuah tema yang merupakan cita-cita para ulama dan pendidik, masalah para da’i dan muballigh, serta sasaran para intelektual dan relawan. Dan sebelum itu semua, ia merupakan cita-cita para orang tua, kerja besar pada guru, dan pendidik, di samping merupakan tuntunan mendesak pada semua negara dan pemerintahan. Betapa banyak tenaga yang dihabiskan untuk mengurusnya. Betapa banyak potensi dan kemampuan yang dikerahkan untuk mendukungnya! Betapa banyak kekuatan yang dicurahkan untuk mewujudkannya! Dan betapa banyak dana yang dibelanjakan untuk melaksanakannya! Namun, itu semua tidak bisa dianggap banyak untuk sebuah tema kunci kejayaan umat yang berkuasa, sukses dan memimpin. Sebaliknya jika diabaikan, kerusakan dan kehancuran akan menimpanya. Ketika itu ucapkan, “Selamat tinggal” kepada umat dan berikan ucapan bela sungkawa kepada puing-puingnya.
Wahai para hamba Allah! Tahukah Anda, apakah tema yang sangat penting itu? tema itu ialah “Pendidikan”. Ini bener-bener tugas dan tanggung jawab yang sangat berat.
Ma’asyiral muslimin rahimahumullah! Sesungguhnya, tanggung jawab mendidik generasi muda dan menyiapkan tokoh-tokoh laki-laki dan wanita adalah tanggung jawab yang sangat berat. Dan sesungguhnya masalah perhatian terhadap belahan jiwa dan buah hati (baca: putra-putri) adalah masalah yang sangat besar. Umat Islam harus mencurahkan seluruh perhatiannya kepada masalah ini. Sebab, pilar-pilar kebahagian mereka pada diri pribadi maupun masyarakat bertumpu pada masalah pendidikan ini. Oleh karena itu, pendidikan harus dipersiapkan secara matang. Kurikulum harus dirumuskan, perencanaan harus disiapkan, tenaga harus dikerahkan dan orang-orang yang berkemampuan harus dibatalkan, agar proses pendidikan berjalan dengan baik, tidak teratuk batu di tengah jalan, jauh dari segala macam pertentangan dan dualisme. Terhindar dari taklid buta dan latah, serta dibarengi perasaan bangga akan kepribadian Islam dan tata cara syar’i, seraya berpegang teguh pada petunjuk Alquran dan mengikuti Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
(Saudara-saudara seagama), Ikhwatal Islam! Sesungguhnya, kepentingan kita pada pendidikan melebihi segala kepentingan lainnya. Dan kebutuhan kita terhadap pendidikan lebih tinggi dari kebutuhan lainnya. Apa artinya tubuh dan badan tanpa nilai aturan dan agama? Apa artinya jasad dan raga tanpa akal dan nyawa? Apa artinya wadah bila isinya rusak? Setiap makhluk punya jasad. Manusia dan binatang sama-sama mencari makanan dan minuman. Orang-orang mukmin dan kafir, berbakti dan durhaka, baik dan jahat sama-sama butuh makanan dan udara. Tetapi, kaidah-kaidah, aturan-aturan, pendidikan, pengajaran, akidah dan iman yang benar hanyalah milik orang-orang Islam.
Saudara-saudara seiman dan seakidah! Masyarakat manusia dewasa ini banyak didera musibah dan bencana. Dan banyak sekali kemalangan dan malapetaka menimpa mereka. Mengapa angka kejahatan mengalami peningkatan dan mencengangkan? Hal itu tidak lain karena kurangnya perhatian terhadap pendidikan. Kezaliman, kesewenang-wenangan, dan kerusakan tidak akan merajalela kecuali pendidikan manusia diperlakukan secara buruk, akhlaknya menyimpang dan perilakunya terperosok ke dalam jurang kehancuran. Banyak generasi telah berganti dengan fitnah terjungkir balik, tidak ada pendidikan, dan tidak mengetahui hak-hak Allah, maupun hak-hak hamba Allah. Mereka tidak punya amanah yang harus diemban, tidak punya tujuan yang hendak dicapai, tidak bisa mengenali yang makruf dan tidak bisa mengetahui yang mungkar. Hidup mereka hanyalah permainan dan pengangguran. Kondisi mereka sangat buruk dan menyimpang. Mereka tenggelam di dalam lumpur kenistaan dan mengabaikan keutamaan. Mereka tidak menyimpan kebaikan sedikit pun bagi bangsa dan negara. Adakah kejahatan sosial yang lebih berat dari ini?
Sesungguhnya, keberadaan generasi yang jauh dari pendidikan yang benar merupakan kejahatan terhadap masyarakat dan umat secara keseluruhan. Betapa banyak masyarakat yang mengeluhkan penyimpangan prilaku remaja? Betapa banyak orang tua yang mengeluhkan kenakalan anak-anak? Dan betapa banyak ayah ibu yang tersiksa dengan kedurhakaan anak-anak dan keengganan mereka untuk menunaikan tugas-tugas. Namun, mereka lupa (atau pura-pura lupa) bahwa inti persoalan ini terletak pada buruknya pendidikan.
Oleh karena itu, umat Islam berkewajiban melaksanakan tanggung jawabnya masin-masing dalam menyelesaikan masalah ini dengan mengerahkan segenap potensi dan kemampuan yang dimiliki. Mereka juga harus bekerja sama dengan semua saluran yang ada: rumah, keluarga, kedua orang tua, kerabat, sekolah, kampus, masjid, klub bermain, seluruh lapisan masyarakat, dan segenap media massa dengan semua saluran yang ada. Semuanya harus bekerja keras dalam mendidik, membangun, dan menanamkan norma-norma akhlak pada diri putra-putrinya. Agar kelak lahir generasi muda yang ideal, baik laki-laki maupun wanita.
Wahai umat Islam! Agama kita telah memberikan perhatian yang sangat besar pada masalah pendidikan. Bahkan, masyarakat dahulu maupun sekarang belum pernah diberikan oleh rezim manapun di barat maupun di timur. Jauh dari filsafat-filsafat yang rumit dan pikiran-pikiran yang tercemar. Maka, Islampun tampil dengan penemuan baru. Sementara upaya orang-orang yang tertipu oleh musuh-musuhnya gagal total. Cahaya hidayah menyinari umat manusia, sedang kehidupan orang-orang yang berpaling dari jalan hidayah Tuhan adalah gelap gulita, kendati gelar mereka berkibar-kibar. Mereka melabuhi orang-orang awam dengan kata-kata bermadu yang mengklaim pembaharuan dan modernisasi. Padahal, sejatinya semua teori pendidikan yang jauh dari petunjuk Alquran dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kebangkrutan yang tiada tara. Apa yang bisa dia berikan kepada umat manusia apabila ia sendiri berlindung dari panasnya pasir dengan bara api?
Tidak ada yang bisa menyelamatkan generasi muda dunia selain pendidikan yang didasarkan pada ajaran Islam. Karena hanya pendidikan inilah yang memiliki tujuan mulia, yaitu pengabdian kepada Allah yang Mahaesa lagi Mahaperkasa dan pendayagunaan semua bidang untuk berkhidmat kepada prinsip yang fundamental ini. Demikian juga pendidikan yang dimaksudkan untuk menjadikan generasi muda sebagai pengemban akidah, pemilik cita-cita yang tinggi, pembawa iman, dan pemilik budi pekerti. Hal itu terlihat pada ucapan, pola pergaulan dan prilaku mereka.
Ikhwatal iman! Ketika kita merenungkan tentang saluran-saluran terpenting yang bertanggung jawab atas pendidikan di masyarakat, kita melihat bahwa rumah adalah pondasi utama pendidikan. Keluarga adalah bibit pertama dalam pelaksanaan proses pendidikan. Dan hal itu harus dimulai dari pemilihan calon istri shalihah yang memiliki asal-usul yang baik dan mutu yang bagus (bibit-bobot-bebet). Karena, seorang istri harus dipersiapkan menjadi pedidik yang handal dan sekolah yang pertama. Dan hal ini harus dilakukan secara bertahap hingga si anak dapat membuka matanya di pangkuan kedua orang tuanya. Di sini, ia harus mendapatkan perhatian akhlak dan pendidikan iman yang memadai, sebelum perhatian masalah duniawi. Ini berangkat dari kewajiban Islam dalam masalah tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادُُ لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim :6)
Menurut para ulama, maksudnya ialah: “Ajarilah, didiklah dan bimbinglah mereka dengan sesuatu yang bisa memelihara mereka dari azab Allah.”
Ini adalah amanah yang sangat berat. Benar-benar celaka orang yang mengkhianatinya. Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullallah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya),
“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (H.R. Al-Bukhari, 2554, dan Muslim, 1829)
Di rumah anak-anak semasa kecilnya belajar dari apa yang ada pada ayah dan ibunya. Keduanya adalah suri teladan baginya. Anak-anak selalu meniru ucapan dan perbuatan kedua orang tuanya. Karenanya, orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam mengarahkan anaknya. Tentang besarnya pengaruh orang tua terhadap anaknya Rasulullah bersabda (artinya),
“Setiap anak Adam dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam). Lalu kedua orang tuanya membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Al-Bukhari, 1385 dan Muslim, 2658)
At-Tirmidzi dan lain-lain meriwayatkan atsar,
“Tidaklah seorang ayah memberikan sesuatu kepada anaknya yang lebih baik dari adab yang bagus.” (H.R.Ahmad, 3/412, At-Tirmidzi, 1952 dan Al-Hakim, 4/263 )
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda (artinya),
“Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat saat berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka (dengan pukulan yang mendidik, ed.), karena meninggalkannya saat berusia sepuluh tahun. Dan pisahkanlah mereka di tempat tidur.” (H.R. Ahmad,2/180, Abu Daud, 495 dan Al-Hakim,1/197)
Ini adalah petunjuk-petunjuk pendidikan bagi rumah tangga muslim, di mana anak-anak didik dengan akidah dan keutamaan, di samping memiliki bekal empirik yang memadai, bahkan lebih banyak. Oleh karena itu, banyak para orang tua yang keliru ketika mereka mengutamakan pendidikan anak-anaknya pada pemenuhan keinginan dan kebutuhan materi (duniawi) semata.
Wahai para ayah dan para ibu! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam mendidik putra-putri Anda. Jadilah suri teladan yang baik bagi mereka. Didiklah mereka untuk peduli kepada Kitab Allah dan perhatian kepada Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ikutilah jalan Islam di dalam mendidik mereka. Perlakukanlah mereka dengan lemah lembut. Tapi tegaslah kepada mereka bila mereka melakukan kesalahan berulang-ulang. Jangan sekali-kali tampil di hadapan mereka dengan penampilan yang tidak layak. Biasakanlah mereka berbuat baik untuk orang lain. Biasakanlah mereka dengan akhlak yang mulia saat bergaul dengan sesama. Biasakanlah mereka menjaga lidah mereka dan menjauhi caci maki, dusta, ucapan kotor, dan sebagainya. Dan janganlah sekali-kali putra-putri Anda melihat pertengkaran Anda. Karena hal itu bisa mengganggu kejiwaan mereka dan merusak mental mereka.
Jangan pernah menyerahkan sepenuhnya proses pendidikan mereka kepada para pembantu rumah tangga. Karena hal itu sangat beresiko terhadap keluarga. Sebab, fakta di lapangan menunjukkan bahwa pada umumnya para pembantu memiliki pola pikir, perangai dan kebiasaan yang kurang baik. Bahkan, bagi orang-orang yang sangat peduli pada keluarganya menganggap bahwa para pembantu itu bener-bener berbahaya. Jauhkanlah putra-putri Anda dari pergaulan yang buruk. Kontrollah shalat mereka. Awasilah kesendirian mereka. Perhatikanlah, dengan siapa mereka berjalan? Dengan siapa mereka berteman? Apa yang mereka baca? Apa yang mereka dengarkan? Dan apa yang mereka saksikan? Terapkan pengawasan ketat, tetapi dibarengi dengan perasaan cinta dan belas kasih. Karena, penggembala yang baik tidak akan membiarkan gembalanya mendekati padang binatang buas.
Jangan sekali-kali keluarga Anda disuapi aneka macam perang pemikiran dan moral, baik dengan izin maupun tidak. Karena penyusup-penyusup itu bisa merobohkan apa yang telah Anda bangun dengan susah payah dan meruntuhkan apa yang telah Anda tegakkan. Besarkanlah mereka dengan kemuliaan-kemuliaan dan jauhkanlah mereka dari kenistaan-kenistaan.
Generasi muda kita akan tumbuh dan berkembang
Sesuai dengan apa yang dibiasakan oleh ayahnya
Berdoalah selalu kepada Allah agar mereka senantiasa mendapat hidayah dan menjadi orang yang shalih, seperti yang dilakukan oleh para Nabi.
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam di dalam doanya mengucapkan,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Ya Rabb-ku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (Q.S. Ash-Shaffat: 100)
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ اْلأَصْنَامَ
Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (Q.S. Ibrahim: 35)
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي
Ya Rabb-ku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. (Q.S. Ibrahim: 40)
Zakariya ‘alaihissalam pernah berdoa,
قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً
Ya Rabb-ku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. (Q.S. Ali Imran: 38)
Apa artinya anak kalau tidak baik? Wal ‘iya dzubillah.
Luqman Al-Hakim memberikan banyak wasiat yang terkenal kepada anaknya sebagaimana termaktub dalam surat Luqman.
Dan Nabi kita Muhammad pun banyak memberikan bimbingan dan pendidikan kepada generasi muda, baik melalui ucapan maupun perbuatan.
Ajarilah mereka adab-adab makan, minum, tidur, bergaul dan di masjid.
Wahai para ayah dan ibu! Bertakwalah kepada Allah. Awasilah putra-putri Anda, karena mereka adalah amanah yang ada di pundak Anda. Jangan pernah membiarkan mereka lepas dari pengawasan Anda sama sekali. Saudaraku! Kalau Anda bertanya tentang saluran kedua dalam mendidik generasi muda menurut sistem pendidikan Islam, jawabnya adalah sekolah. Karena, perannya dalam bidang pendidikan sengat menonjol. Apa yang terbayang di benak Anda saat melihat tempat di mana anak-anak menghabiskan setengah harinya di sana dengan beragam aktivitas dan kegiatan? Tidak ada yang meragukan dan menyangsikan, bahwa sekolah adalah pos yang sangat penting dan benteng pertahanan yang sangat kokoh. Para penanggungjawabnya harus melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dalam mengajar, mendidik dan memperbaiki kondisi anak didiknya.
Wahai para bapak guru dan ibu guru! Bertakwalah kepada Allah dalam menunaikan amanah mendidik putra-ptri umat Islam. Jadilah suri teladan yang baik bagi mereka. Didiklah mereka agar mencintai pendidikan dan pengajaran. Padukanlah kedua proses tersebut. Buatlah jembatan komunikasi yang selalu terhubung antara sekolah dan wali murid, agar keshalihan anak-anak dapat tercapai dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan pernah anak didik Anda melihat Anda melakukan sesuatu yang diharamkan. Karena demi Allah, ilmu pengetahuan tidak akan bermanfaat tanpa disertai dengan adab, akhlak dan pendidikan.
Wahai para hamba Allah! Saat tiba giliran masjid, ternyata ia adalah taman di tengah padang pasir (oase) yang aman, damai, nyaman dan tenteram. Di sini, setiap orang bisa belajar membaca Alquran, menunaikan shalat, berzikir, dan berdoa. Tidak ada yang menyangsikan bahwa masjid dan sekolah memiliki peras besar dalam dunia pendidikan. Karena masjid dan sekolah merupakan pertahanan yang kuat, benteng yang kokoh dan pos yang penting. Karena di situlah terpancar sinar perbaikan bagi seluruh masyarakat.
Sedangkan media massa memiliki tanggung jawab paling besar, terutama pada era informasi seperti ini. Maka adalah wajib hukumnya memanfaatkan media-media ini untuk mendidik dan membesarkan generasi setiap rumah dan menjangkau seluruh kota dan desa. Karenanya harus dimanfaatkan untuk menyampaikan kebajikan dan menyebarluaskan nilai-nilai keutamaan. Dan para penanggungjawabnya pasti menyadari hal itu. Sebutlah gelombang yang dipancarkan oleh saluran-saluran televisi dan internet yang merusak pendidikan. Ini membuat kita sangat waspada dan hati-hati.
Kita memohon kepada Allah agar berkenan memberi kita kekuatan dalam mendidik putra-putri kita sesuai dengan ajaran yang diridhai dan dicintai-Nya.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ
Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). (Q.S. Al-Furqan: 74)
Ya Tuhan kami, jadikanlah keturunan kami sebagai orang yang shalih dan mengajak orang lain menjadi orang yang shalih, dan menjadi orang yang mendapat hidayah dan menjadi hidayah bagi orang lain. Wahai Tuhan Yang Maha Mendengar doa.
بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلهِ مُقَلِّبِ القُلُوْبِ وَعَلاَّمِ الغُيُوْبِ، وَقَابِلِ التَّوْبَةِ مِمَّنْ يَتُوْبُ، شَدِيْدِ الْعِقَابِ عِنْدَ قَسْوَةِ القُلُوْبِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ سَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا، أَمَّ بَعْدُ
Ibadallah! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan laksanakanlah kewajiban Anda dalam mendidik diri dan anak-anak yang menjadi tanggung jawab Anda. Karena Anda semua sudah tahu betapa pentingnya masalah ini, terutama pada zaman akhir seperti ini. Demi Allah yang tiada Ilah selain Dia, kalau kita mau melaksanakan kewajiban ini, niscaya kita tidak akan mengeluhkan banyaknya masalah, kejahatan dan prilaku yang menyimpang. Di samping itu permasalahan kenakalan akan berkurang dan kerusakan akhlak akan menghilang.
Namun, ada satu bagian yang amat sangat istimewa dalam masalah pendidikan secara umum. Yaitu perhatian terhadap pedidikan wanita, baik sebagai anak, saudara, maupun istri. Terutama wanita semenjak dini untuk memegang teguh nilai-nilai keutamaan dan memiliki rasa malu. Tepat sekali apa yang dikatakan oleh penyair berikut ini,
Siapakah yang peduli pada pendidikan wanita?
Karena dialah penyebab keterpurukan di timur
Didiklah anak-anak perempuan dengan keutamaan
Karena ia adalah pegangan terbaik mereka di timur dan di barat
Ibu adalah sekolah
Bila Anda menyiapkannya dengan baik
Anda telah menyiapkan bangsa yang harum namanya
Ibu adalah taman, bila air hujan terus mengguyurnya
Daun-daun dan rimbun akan mengelilinginya
Ibu adalah guru pertama bagi para guru
Yang kemuliaan mereka melanglang buana
Kini, masyarakat mengeluhkan maraknya kejadian-kejadian yang haram; pemandangan yang merangsang birahi, penampilan seronok, pakaian mini, dan pergaulan bebas. Hal itu terjadi setelah mereka mengabaikan pendidikan wanita. Bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang bertanggung jawab memimpin wanita, baik sebagi suami, maupun orang tua. Didiklah mereka dengan baik, bimbinglah mereka ke jalan yang benar. Yakinkan mereka agar tetap tinggal di rumah dan menjaga hijab. Agar mereka tidak menjadi pemicu fitnah atau korban fitnah. Karena ini dapat merusak bangunan masyarakat dari pondasinya.
Adalah kesalahan nyata dan pengkhianatan besar bila kita membiarkan wanita begitu saja dan menuruti segala kemauannya, tanpa bertanya halal atau haram, tanpa membimbing maupun mengawasi, dalam hal berpakaian maupun hal-hal penting lainnya. Bahkan, ada sebagian orang yang sengaja membawa foto-foto seronok, gambar-gambar terlarang dan media-media yang mengundang syahwat dan membiarkannya berada di tengah-tengah putra-putrinya.
Dia melemparkannya ke laut dengan tangan terikat
Dan dia berkata, “Awas! Awas! Jangan sampai basah terkena air!”
Jadi, semua orang hendaknya bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam menjalankan amanah yang ada di pundaknya. Laksankanlah kewajiban Anda dalam memberikan pendidikan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Jika ini dilaksanakan dengan baik, niscaya kondisi akan membaik dan masyarakat akan merasakan kebahagiaan yang nyata. Insya Allah.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Q.S. Al-Ahzab: 56)
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ