RA. Kartini kini telah tiada dan tinggal sejarahnya, atas kegigihannya kini kaum wanita telah maju dan sejajar dengan kaum pria berkat goresan penanya semasa hidup yang kita kenal dengan buku ""HABIS GELAP TERBITLAH TERANG""
Berikut ini isi beberapa surat RA. Kartini :
“Menyandarkan diri kepada manusia,
samalah halnya dengan mengikatkan diri kepada manusia. Jalan kepada
Allah hanyalah satu. Siapa sesungguhnya yang mengabdi kepada Allah,
tidak terikat kepada seorang manusia pun ia sebenar-benarnya bebas.”
[Surat Kartini kepada Ny. Ovink, Oktober 1900]
“Supaya Nyonya jangan
ragu-ragu, marilah saya katakan ini saja dahulu: Yakinlah Nyonya, KAMI
AKAN TETAP MEMELUK AGAMA KAMI yang sekarang ini. Serta dengan Nyonya
kami berharap dengan senangnya, moga-moga kami mendapat rahmat, dapat
bekerja MEMBUAT UMAT AGAMA LAIN MEMANDANG AGAMA ISLAM PATUT DISUKAI . . .
ALLAHU AKBAR! Kita katakan sebagai orang Islam, dan bersama kita juga
semua insan yang percaya kepada Satu Allah, Gusti Allah, Pencipta Alam
Semesta" [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]
"Bagaimana pendapatmu tentang
ZENDING (Diakonia), jika bermaksud berbuat baik kepada rakyat Jawa
semata-mata atas dasar cinta-kasih, bukan dalam KRISTENISASI? Bagi orang
Islam, melepaskan keyakinan sendiri memeluk agama lain, merupakan dosa
yang sebesar-besarnya . . . Pendek kata, boleh melakukan Zending, tetapi
JANGAN MENG-KRISTEN-KAN ORANG! Mungkinkah itu dilakukan?"
[Surat Kartini kepada E.C. Abendanon, 31 Januari 1903]
“Kesusahan kami hanya
dapat kami keluhkan kepada Allah, tidak ada yang dapat membantu kami dan
hanya Dia-lah yang dapat menyembuhkan…”
“Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu: Hamba Allah (Abdullah).”
[Surat Kartini kepada Ny. E.C. Abendanon, 1 Agustus 1903]
R.A. Kartini dan Pandangannya Terhadap Emansipasi dan Barat
"Kami di sini
memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, BUKAN
SEKALI-SEKALI KARENA KAMI MENGINGINKAN ANAK-ANAK PEREMPUAN ITU MENJADI
SAINGAN LAKI-LAKI DALAM PERJUANGAN HIDUPNYA. Tapi karena kami yakin akan
pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap
melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam
tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama."
[Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902]
“Kami
sekali-kali tidak hendak menjadikan murid-murid kami menjadi orang-orang
setengah Eropa atau orang-orang Jawa Kebarat-baratan.”
[Surat Kartini kepada Ny. E.E. Abendanon, 10 Juni 1902]
"Sudah
lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu
benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami,
tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna?
Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang indah dalam masyarakat
ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai
peradaban?"
[Surat Kartini kepada Ny. E.C. Abendanon, 27 Oktober 1902]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar